Hampir jadi mahasiswa abadi, ya inilah kisahku.
Memulai kuliah pada September 2012, perjuanganku menyelesaikan Strata 1 tidaklah lancar.
Jika orang lain normalnya menghabiskan masa studi 4 tahun, aku malah 6 tahun. Memalukan? Ya, memang.
Dunia perguruan tinggi tidaklah ramah padaku. Mulai dari sistem pembelajaran yg berbeda dengan masa sekolah menengah atas, dosen yang tidak sepeduli guru SMA, mahasiswa yang mulai kecanduan membolos, kecanduan travelling, berlatih membagi waktu karena tergoda untuk bekerja, dosen yang jarang berangkat, problematika keluarga, cinta, dan sosial yang semakin rumit, sampai masalah finansial yg sulit untuk ditolak. Semua telah aku lewati.
Awal masuk kuliah aku masih jadi mahasiswa yang rajin. Sekitar IPK 3.5 dapat ku raih sampai semester 3.
Mungkin suasana SMA masih terbawa. Mulai masuk semester 4, aku mulai tertular virus malas dan mulai kecanduan membolos sehingga semester 5 nilai IPK terjun bebas sampai 2.5 .
Kesibukan bekerja juga turut berpengaruh pada konsentrasiku menimba ilmu. Aku memang harus bekerja untuk membayar dana kuliah dan kebutuhan keseharianku. Di semester inilah aku seperti kehabisan asa untuk melanjutkan pendidikanku atau tidak. Pasalnya aku seperti salah masuk jurusan. Seperti “87% mahasiswa di Indonesia”. Jangan kaget! Menurut Educational Psychologist dari Integrity Development Flexibility (IDF) Irene Guntur, M.Psi., Psi., CGA, memang begitulah adanya. Ada yang berani pindah jurusan, ada yang memilih terjebak. Aku memilih Teknik Informatika karena waktu SMA tertarik pada hal yang berkaitan dengan teknologi. Namun memasuki perkuliahan nyatanya, susah. Sangat sukar untuk masuk pada ubun-ubun kepalaku. Entah coding, grafis, dll. Sepertinya aku lebih tertarik pada jurnalistik. Suka terhadap berita dan informasi. Aku suka berbagi Foto dan Video, mungkin bagian multimedialah yg ku sukai dari jurusanku. Tapi ya sudahlah, tetap aku paksakan. Bagaimanapun hasilnya. Itu pilihan, nasib orang memang tak ada yang tahu.
Memasuki semester 7 aku mulai mendaftar KKL, itu saat mulai kecanduan travelling hingga tugas kuliah kadang terbengkalai. Dan apesnya aku harus mendaftar sampai 3 kali, (hingga semester 9) baru aku mengikuti KKL sampai selesai. Gila sekali. Tapi mau bagaimana lagi, menyelesaikan KKL jadi syarat untuk mendaftar skripsi di semester depan. Tugas akhir mahasiswa jika ingin diwisuda (dinyatakan lulus).
Sekali lagi,
Aku sudah terlalu malas. Hingga aku cuti. Selama satu tahun. (Juni 2017- Juni 2018/Semester 10-11). Pikirku, Aku tak sanggup menjinakkan skripsi. Aku tak mau ambil pusing.
Yg ada di kepalaku hanya cari uang yang banyak, cari pengalaman, cari sesuatu yg bisa menghibur diri. Tiada hari tanpa bersenang-senang.